Peristiwa itu bermula ketika aku
berkeinginan untuk mencari
tempat kos-kosan di Surabaya.
Pada saat itu, pencarian tempat
kost-kostan ternyata
membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost-kostan
yang baru, aku berkenalan
dengan seorang wanita, sebut
saja namanya Varia. Usia Varia
saat itu baru menginjak 30 tahun
dengan status janda Tionghoa beranak satu. Perkenalanku semakin berlanjut.
Pada saat itu, aku baru saja habis
mandi sore. Aku melihat Varia
sedang duduk-duduk di
kamarnya sambil nonton TV.
Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan.
Sehingga memudahkanku untuk
mengetahui apa yang
diperbuatnya di kamarnya. Dengan hanya mengenakan
handuk, aku mencoba
menggoda Varia. Dengan
terkejut ia lalu meladeni olok-
olokanku. Aku semakin berani
mengolok-oloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku pura-pura
berusaha mengelak dan
mencoba masuk ke kamarku.
Eh.. ternyata dia tidak
menghentikan niatnya untuk
memukulku dan ikut masuk ke kamarku. “Awas kau.. entar kuperkosa
baru tahu..” gertaknya.
“Coba kalau berani..”
tantangku penuh harap. Aku menatap matanya, kulihat,
ada kerinduan yang selama ini
terpendam, oleh jamahan lelaki.
Kemudian, tanpa dikomando ia
menutup kamarku. Aku yang
sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang
kesempatan itu. Aku meraih tangannya, Varia
tidak menolak. Kemudian kami
sama-sama berpagutan bibir.
Ternyata, wanita cantik ini
sangat agresif. Belum lagi aku
mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk
yang kukenakan. Ia terkejut
ketika melihat kejantananku
sudah setengah berdiri. Tanpa
basa-basi, ia menyambar
kejantananku serta meremas- remasnya. “Oh.. ennaakk.. terussh..”
desisanku ternyata mengundang
gairahnya untuk berbuat lebih
jauh. Tiba-tiba ia berjongkok,
serta melumat kepala kontolku. “Uf.. Sshh.. Auhh..
Nikmmaat..” Ia sangat mahir
seperti tidak memberikan
kesempatan kepada untuk
berbuat tanya. Dengan semangat, ia terus
mengulum dan mengocok
kontolku. Aku terus dibuai
dengan sejuta kenikmatan.
Sambil terus mengocok,
mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya. “Oh.. aduhh..” teriakku
kenikmatan. Akhirnya hampir 10 menit aku
merasakan ada sesuatu yang
mendesak hendak keluar dari
kontolku. “Oh.. tahann.. sshh. Uh.. aku
mau kkeluaar.. Oh..” Dengan seketika muncratlah air
maniku ke dalam mulutnya.
Sambil terus mencok dan
mengulum kepala kontolku,
Varia berusaha membersihkan
segala mani yang masih tersisa. Aku merasakan nikmat yang
luar biasa. Varia tersenyum. Lalu
aku mencium bibirnya. Kami
berciuman kembali. Lidahnya
terus dimasukkan ke dalam
mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap
lidahnya. Perlahan-lahan kejantananku
bangkit kembali. Kemudian,
tanpa kuminta, Varia
melepaskan seluruh pakaiannya
termasuk bra dan CDnya. Mataku
tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih
mulus dengan puting yang
kemerahan terasa menantang
untuk kulumat. Kuremas-remas
lembut payudaranya yang
semakin bengkak. “Ohh.. Teruss Ted.. Teruss..”
desahnya. Kuhisap-hisap pentilnya yang
mengeras, semnetara tangan
kiriku menelusuri pangkal
pahanya. Akhirnya aku berhasil
meraih belahan yang berada di
celah-celah pahanya. Tanganku mengesek-geseknya. Desahan
kenikmatan semakin melenguh
dari mulutnya. Kemudian
ciumanku beralih ke perut dan
terus ke bawah pusar. Aku
membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando,
kusibakkan pahanya. Aku
melihat vaginanya berwarna
merah muda dengan rumput-
hitam yang tidak begitu tebal. Dengan penuh nafsu, aku
menciumi memeknya dan
kujilati seluruh bibir
kemaluannya. “Oh.. teruss.. Ted.. Aduhh..
Nikmat..” Aku terus mempermainkan
klitorisnya yang lumayan besar.
Seperti orang yang sedang
mengecup bibir, bibirku merapat
dibelahan vaginanya dan
kumainkan lidahku yang terus berputar-putar di kelentitnya
seperti ular cobra. “Ted.. oh.. teruss sayangg.. Oh..
Hhh.” Desis kenikmatan yang keluar
dari mulutnya, semakin
membuatku bersemangat.
Kusibakkan bibir kemaluannya
tanpa menghentikkan lidah dan
sedotanku beraksi. “Srucuup-srucuup.. oh..
Nikmat.. Teruss.. Teruss..”
teriakannya semakin merintih. Tiba-tiba ia menekankan
kepalaku ke memeknya, kuhisap
kuat lubang memeknya. Ia
mengangkat pinggul, cairan
lendir yang keluar dari
memeknya semakin banyak. “Aduhh.. Akku.. keluuaarr..
Oh.. Oh.. Croot.. Croot.” Ternyata Varia mengalami
orgasme yang dahsyat.
Sebagaimana yang ia lakukan
kepadaku, aku juga tidak
menghentikan hisapan serta
jilatan lidahku dari memeknya. Aku menelan semua cairan yang
kelyuar dari memeknya. Terasa
sedikit asin tapi nikmat. Varia masih menikmati
orgasmenya, dengan spontan,
aku memasukkan kontolku ke
dalam memeknya yang basah.
Bless.. “Oh.. enakk..” Tanpa mengalami hambatan,
kontolku terus menerjang ke
dalam lembutnya vagina Varia. “Oh.. Variaa.. sayang.. enakk.” Batang kontolku sepeti dipilin-
pilin. Varia yang mulai bergairah
kembali terus menggoyangkan
pinggulnya. “Oh.. Ted.. Terus.. Sayang..
Mmhhss..” Kontolku kuhujamkan lagi lebih
dalam. Sekitar 15 menit aku
menindih Varia.. Lalu ia meminta
agar aku berada di bawah. “Kamu di bawah ya, sayang..”
bisiknya penuh nikmat. Aku hanya pasra. Tanpa
melepaskan hujaman kontolku
dari memeknya, kami merobah
posisi. Dengan semangat
menggelora, kontolku terus
digoyangnya. Varia dengan hentakan pinggulnya yang maju-
mundur semakin
menenggelamkan kontolku ke
liang memeknya. “Oh.. Remas dadaku..
Sayaangg. Terus.. Oh.. Au..
Sayang enakk..” erangan
kenikmatan terus memancar
dari mulutnya.
“Oh.. Varia.. terus goyang sayang..” teriakku memancing
nafsunya. Benar saja. Kira-kira 15 menit
kemudian goyang pinggulnya
semakin dipercepat. Sembari
pinggulnya bergoyang,
tangannya menekan kuat ke
arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan
menaikkan pinggulku agar
kontolku menghujam lebih
dalam. “Tedii.. Ah.. aku.. Keluuaarr,
sayang.. Oh..” Ternyata Varia telah mencapai
orgasme yang kedua. Aku
semakin mencoba mengayuh
kembali lebih cepat. Karena
sepertinya otot kemaluanku
sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma. Kemudian aku membalikkan
tubuh Varia, sehingga posisinya
di bawah. Aku menganjal
pinggulnya dengan bantal. Aku
memutar-mutarkan pinggulku
seperti irama goyang dangdut. “Oh.. Varia.. Nikmatnya.. Aku
keluuarr..” Crott.. Crott.. Tttcrott. Aku tidak kuat lagi
mempertahankan sepermaku..
Dan langsung saja memenuhi
liang vagina Varia. “Oh.. Ted.. kau begitu
perkasa.” Telah lama aku menantikan hal
ini. Ujarnya sembari tangannya
terus mengelus punggungku
yang masih merasakan
kenikmatan karena, Varia
memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas kontolku. Kemudian, tanpa kukomando,
Varia berusaha mencabut
kontolku yang tampak
mengkilat karena cairan
spermaku dan cairan
memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan
langsung mulutnya bergerak ke
kepala kontolku yang sudah
mulai layu. Aku memandangi
lobang memeknya. Varia terus
mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala
kontolku. Tangan kanannya
terus mengocok-ngocok batang
kontolku. Sesekali ia menghisap
dengan keras lobang kontolku.
Aku merasa nikmat dan geli. “Ohh.. Varia.. Geli..” desahku
lirih. Namun Varia tidak peduli. Ia
terus mengecup, mengulum dan
mengocok-ngocok kontolku.
Aku tidak tinggal diam, cairan
rangsangan yang keluar dari
vagina varia membuatku bergairah kembali. Aku
kemudian mengecup dan
menjilati lobang memeknya.
Kelentitnya yang berada di
sebelah atas tidak pernah aku
lepaskan dari jilatan lidahku. Aku menempelkan bibirku dikelentit
itu. “Oh.. Ted.. nikmat.. ya.. Oh..”
desisnya. Varia menghentikan sejenak
aksinya karena tidak kuat
menahan kenikmatan yang
kuberikan. “Oh.. Terus.. Sss.” desahnya
sembari kepalanya berdiri tegak. Kini mememeknya memenuhi
mulutku. Ia menggerak-
gerakkan pinggulnya. “Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh..
Ooohh” aku menyedot kuat
lobang vaginanya.
“Ted.. Akukk ohh.. Keluuaarra..
Ssshhss..” Ia menghentikan gerakannya,
tapi aku terus menyedot-nyedot
lobang memeknya dan hampir
senmua cairan yang keuar
masuk kemulutku. Kemudian
dengan sisa-sisa tenaganya, kontolku kembali menjadi
sasaran mulutnya. Aku sangat
suka sekali dan menikmatinya.
Kuakui, Varia merupakan wanita
yang sangat pintar
membahagiakan pasangannya. Varia terus menghisap dan
menyedoti kontolku sembari
mengocok-ngocoknya. Aku
merasakan nikmat yang tiada
tara. “Oh.. Varia.. Teruss.. Teruss..”
rintihku menahan sejuta
kenikmatan. Varia terus
mempercepat gerakan
kepalanya.
“Au.. Varia.. Aku.. Keluuarr.. Oh..” Croott.. Croott.. Croot.. Maniku tumpah ke dalam
mulutnya. Sementara varia
seakan tidak merelakan
setetespun air maniku meleleh
keluar. “Terimakasih sayang..”
ucapku.. Aku merasa puas.. Ia mengecup
bibirku. “Ted.. mungkinkah selamanya
kita bisa seperti ini. Aku sangat
puas dengan pelayananmu. Aku
tidak ingin perbuatan ini kau
lakukan dengan wanita lain. Aku
sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.”
Aku hanya terdiam. Sejak saat itu, aku sering
meniduri di kamarnya, selalu
dalam keadaan telanjang bulat,
terkadang dia juga tidur di
dalam kamar kostku, tentu saja
dengan mengendap-endap. Terkadang, kami tidur saling
tumpang tindih, membentuk
posisi 69, aku tertidur dengan
menghirup aroma segar
kemaluannya, sedangkan Varia
mengulum penisku. Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemut-
emutnya penisku yang ereksi
itu, sementara aku dengan
cueknya tetap tidur sambil
menikmati oralnya, terkadang
aku jilat kemaluannya karena gemas.